Kehamilan Kembar - Globumil

dr. Mulyadi, Sp.OG, M.Kes || 2024-12-18

Kehamilan kembar terjadi ketika seorang ibu mengandung lebih dari satu janin. Ibu hamil dengan bayi kembar cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi selama kehamilan, sehingga perlu menjalani pemeriksaan rutin lebih sering.

Kehamilan kembar dapat terjadi dengan dua jenis bayi, kembar identik atau kembar tidak identik. Bayi kembar identik adalah bayi yang berasal dari satu sel telur yang dibuahi yang kemudian terbelah menjadi dua janin. Kembar identik memiliki fisik yang sangat mirip dan biasanya berjenis kelamin sama.

Sebaliknya, bayi kembar tidak identik berasal dari dua atau lebih sel telur yang dibuahi, dan meskipun mereka memiliki kemiripan, mereka tidak identik secara fisik dan bisa memiliki jenis kelamin yang berbeda.

Penyebab Kehamilan Kembar
Penyebab pasti kehamilan kembar belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang seseorang mengalami kehamilan kembar. Salah satunya adalah menjalani program bayi tabung. Dalam program ini, beberapa embrio yang sudah dibuahi akan ditanamkan di rahim untuk meningkatkan peluang kehamilan.

Selain itu, wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan anak kembar, terutama yang tidak identik, lebih mungkin untuk mengalami kehamilan kembar. Faktor keturunan ini dapat memengaruhi pengeluaran sel telur lebih dari satu pada saat ovulasi. Wanita yang hamil di atas usia 35 tahun juga memiliki peluang lebih besar untuk hamil kembar karena ovarium mereka lebih cenderung melepaskan lebih dari satu sel telur.

Gejala Kehamilan Kembar
Pada trimester pertama, tanda-tanda kehamilan kembar biasanya mirip dengan kehamilan tunggal, seperti morning sickness, nyeri pada payudara, kelelahan, sering buang air kecil, peningkatan nafsu makan, sakit pinggang, dan kesulitan tidur. Namun, pada ibu hamil kembar, gejala tersebut bisa lebih parah, terutama morning sickness yang lebih berat. Beberapa ibu hamil kembar juga merasakan gerakan janin lebih awal daripada pada kehamilan tunggal.

Seiring berkembangnya kehamilan, perut ibu hamil kembar akan lebih cepat membesar dibandingkan ibu hamil dengan satu janin. Berat badan ibu juga akan bertambah lebih cepat, umumnya sekitar 4,5-5 kg lebih banyak dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Namun, penambahan berat badan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tinggi badan, berat badan sebelum hamil, dan pola makan ibu.

Kapan Harus ke Dokter
Kehamilan kembar meningkatkan risiko komplikasi, seperti keguguran atau kelahiran prematur. Oleh karena itu, kontrol kehamilan perlu dilakukan lebih sering. Untuk ibu hamil kembar dengan satu plasenta, pemeriksaan rutin dilakukan setiap dua minggu setelah trimester pertama, sedangkan jika ada lebih dari satu plasenta dan tanpa tanda komplikasi, pemeriksaan bisa dilakukan setiap 4–6 minggu sekali. Tindakan medis segera harus diambil jika ibu mengalami gejala-gejala seperti berkurangnya gerakan janin, pecah ketuban dini, pembengkakan parah pada kedua kaki, perdarahan, nyeri perut, atau sesak napas.

Diagnosis Kehamilan Kembar
Pada pemeriksaan awal, dokter akan menanyakan riwayat haid terakhir untuk memperkirakan usia kehamilan. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk mengetahui kondisi ibu. USG kandungan merupakan cara utama untuk mendiagnosis kehamilan kembar, biasanya dilakukan pada usia kehamilan 10–14 minggu. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui posisi janin, jumlah plasenta, dan detak jantung janin.

Jika diperlukan, dokter juga akan memeriksa kadar hCG, karena ibu hamil kembar cenderung memiliki kadar hormon hCG yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal.

Perawatan dan Persalinan pada Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar memerlukan perhatian khusus, baik selama masa kehamilan maupun saat proses persalinan. Selama kehamilan, ibu hamil kembar harus melakukan kontrol rutin lebih sering, terutama saat memasuki trimester ketiga. Pemeriksaan setiap dua kali seminggu mungkin diperlukan untuk memantau kondisi ibu dan janin serta mendeteksi tanda-tanda komplikasi seperti preeklamsia atau persalinan prematur.

Ibu hamil kembar juga membutuhkan lebih banyak asupan nutrisi, dan dokter mungkin akan memberikan suplemen vitamin dan mineral seperti zat besi, kalsium, dan asam folat. Pertambahan berat badan juga perlu dipantau agar tetap sesuai dengan rekomendasi medis, yang bervariasi tergantung pada berat badan ibu sebelum hamil.

Untuk persalinan, risiko komplikasi seperti terlilitnya tali pusar atau kekurangan oksigen pada bayi kembar sering terjadi. Oleh karena itu, dokter akan memutuskan waktu persalinan yang tepat berdasarkan usia kehamilan. Untuk hamil kembar dengan plasenta dan kantung ketuban masing-masing, persalinan bisa dilakukan pada usia 38 minggu, sedangkan jika ada satu plasenta dengan dua kantung ketuban, persalinan disarankan antara 34-37 minggu. Jika hanya ada satu kantung ketuban untuk kedua bayi, persalinan sebaiknya dilakukan antara usia 32-34 minggu.

Proses persalinan pada kehamilan kembar bisa dilakukan secara normal atau melalui operasi caesar, tergantung pada posisi bayi dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kelancaran persalinan. Persalinan normal dilakukan di ruang operasi untuk mengantisipasi kemungkinan komplikasi. Operasi caesar disarankan jika ada kondisi seperti kelahiran yang terhenti, bayi dengan posisi sungsang, atau plasenta previa.

Komplikasi pada Kehamilan Kembar
Kehamilan kembar memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kehamilan tunggal, baik untuk ibu maupun bayi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi termasuk kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kelainan kongenital, atau komplikasi lebih serius seperti terlilitnya tali pusar atau sindrom transfusi twin-to-twin pada bayi yang berbagi plasenta. Pada ibu, risiko komplikasi meliputi keguguran, diabetes gestasional, preeklamsia, dan perdarahan selama atau setelah persalinan.

Pencegahan Komplikasi pada Kehamilan Kembar
Untuk mengurangi risiko komplikasi, penting bagi ibu hamil kembar untuk menjalani pemeriksaan rutin yang ketat, terutama pada trimester kedua dan ketiga. Mengikuti pola makan sehat dan bergizi, serta mengonsumsi suplemen yang direkomendasikan dokter juga sangat dianjurkan untuk mendukung kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.